Alkisah ada seorang musafir yang berkelana mencari ilmu untuk bekal masa depannya. Dari hari ke hari, bulan ke bulan, hingga tahun demi tahun dia lewati. Dalam perjalanannya Sang musafir selalu ditemani tunggangannya, yaitu seekor unta. Dimanapun Sang musafir berada, Si Unta selalu ada. Dalam pengembaraannya, Sang Musafir singgah ke berbagai daerah, melintasi pegunungan, bukit, lembah, gurun pasir, desa – desa, dan perkampungan terpencil. Dan disetiap tempat yang disinggahi, selalu mendapat ilmu ataupun pengalaman yang berbeda – beda.
Suatu hari, Sang Musafir berkelana melewati padang gurun yang luas, tandus, jarang ada pepohonan yang tampak. Kala itu hari sudah menjelang petang, Sang Musafir berkata kepada Si Unta, “Hei Unta, hari sudah mulai petang nih, kita tidak bisa melanjutkan perjalanan. Kita harus menginap di gurun pasir ini.” Jawab Si Unta,”Baiklah tuanku, tuan segera dirikan tenda, keburu hari jadi gelap.” Singkat cerita Sang Musafir dengan cekatan mendirikan tenda untuk beristirahat.
Malam semakin larut, bintang – bintang bertaburan diangkasa, cuaca cerah, tidak ada awan atau mendung, karena waktu itu musim kemarau. Hal lain yang sangat ekstrim adalah suhu udara, di padang gurun kalau siang sangat panas, tapi dimalam hari sangat dingin. Kala itu jam menunjukkan pukul 21.00 waktu setempat, Sang Musafir sudah mulai tampak kelelahan, sudah mau tidur. Dari luar tenda terdengar Si Unta memanggil Sang Musafir, “ Tuanku, malam ini sangat dingin udaranya, Tuanku. Bolehkah ekor saya masuk ke dalam tenda, tuanku?” jawab Sang Musafir “ Boleh, untaku!” dengan senang hatinya Si Unta bergegas memasukkan ekornya ke dalam tenda. Menit demi menit, jam demi jam, waktu menunjukkan pukul 24.00, udara diluar tenda sangat dingin menusuk tulang. Tiba – tiba terdengar suara Si Unta memanggil majikannya. “Tuanku, udara diluar semakin dingin, Tuanku. Bolehkah kedua kaki belakangku dan separo badanku masuk kedalam tenda, tuanku? Sang Musafir tahu kalau udara di luar tenda sangat dingin, maka Sang Musafir memperbolehkan Si Unta memasukkan kedua kaki belakang dan separo badannya.
Sang Musafir melanjutkan istirahatnya dengan lelap karena kelelahan. Jam menunjukkan pukul 02.00 dini hari. Tiba – tiba Sang Musafir dikagetkan dengan suara rintihan Si Unta. Si Unta menggigil kedinginan, karena separo badan dan kepalanya masih diluar tenda. Sang Musafir terbangun dari tidurnya, dan bertanya pada Si Unta, “ Hei unta, mengapa kamu merintih – rintih seperti itu?” Jawab Si Unta, “ Tuanku, udara di luar sangatlah dingin, Tuanku. Aku sudah tidak tahan lagi, Tuanku.” Sang Musafir mulai iba, akhirnya Sang Musafir memperbolehkan masuk separo badan, dua kaki depan dan kepalanya. Jam 02.00 seluruh tubuh Si Unta bisa masuk ke dalam tenda dan tidur dengan nyenyak bersama Sang musafir sampai pagi.
Dari cerita diatas, kita dapat mengambil maknanya, kita harus sabar menghadapi mitra bisnis, dengan kesabaran maka kita akan mendapatkan hasil yang optimal. Kita tidak bisa langsung deal besar dengan mitra bisnis kita. Kita harus pelan – pelan dan sabar ,“merayu “ mitra bisnis kita untuk memakai produk kita. Jika produk kita sudah dipakai, maka kita dengan sabar merayu lagi untuk memakai produk kita yang lain, sampai akhirnya semua produk kita dipakai semua oleh mitra bisnis kita. Trik ini sangatlah cocok dipakai oleh salesman atau marketer yang membawa banyak produk. Dengan kesabaran, keuletan, keseriusan, “rayuan yang tulus,” kita dapat mengoptimalkan penjualan produk kita ke outlet. Inilah rahasia sukses “ILMU UNTA”. Kita Bisa!
Salam,
Handoko